Strategi dan Inovasi Disrupsi bagi Wirausahawan untuk Menghadapi Ancaman Terjadinya Resesi 2023

Secara general, teori ekonomi terbagi menjadi dua, yakni ekonomi mikro dan ekonomi makro. Lingkup ekonomi mikro sempit karena hanya mempelajari perilaku produsen dan konsumen. Sedangkan, ekonomi makro mempelajari perekonomian dalam skala besar dan menyeluruh, mulai dari inflasi, pembangunan ekonomi, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan sebagainya (Shaid, 2022). Beberapa bulan yang lalu, bapak Presiden Jokowi, menteri keuangan, dan IMF mengumumkan bahwa Indonesia berpotensi mengalami resesi ekonomi di tahun 2023. Resesi merupakan bagian dari ekonomi makro yang merupakan keadaan dimana perputaran ekonomi suatu negara berubah menjadi lambat atau buruk yang bisa berlangsung bertahun-tahun akibat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara menurun selama dua kuartal secara signifikan (Idris, 2021). Penyebab terjadinya resesi ekonomi adalah akibat dari guncangan ekonomi, perkembangan teknologi serta inflasi dan deflasi yang terlalu tinggi. Kemudian, jumlah utang berlebihan yang dimiliki individu maupun perusahaan, serta investasi aset yang dilandasi dengan emosional turut menjadi faktor penyebab timbulnya resesi. Maksud dari investasi aset yang dilandasi dengan emosional adalah jika pada saat kondisi ekonomi baik, investor akan berlomba-lomba membeli aset tersebut. Setelah itu, jika kondisi ekonomi buruk, mereka akan menjualnya secara bersamaan dan akan panik jika asetnya tidak terjual yang dapat berpengaruh terhadap turunnya pasar saham sehingga memicu resesi.