Etika Membelanjakan Harta yang Benar Menurut Perspektif Surat Al-Isra ayat 29

Harta merupakan salah satu nikmat dari nikmat – nikmat Allah SWT yang karuniakan kepada kita serta suatu hiasan yang dapat memperindah isi dunia ini. Harta sendiri adalah benda yang dapat dimiliki, diusahakan, dikuasai dan ditukarkan, baik benda itu berwujud maupun tidak berwujud, baik benda yang dapat bergerak maupun benda yang tidak bergerak sama sekali dan hak yang memiliki nilai ekonomis. Permasalahan tentang kedudukan dan pengelolaan terhadap harta sangat perlu dikaji, mengingat banyak manusia yang masih diambang kebingungan untuk menggunakan harta, sehingga muncul sifaf mubadzir, sia-sia akan harta yang digunakan tidak memberikan dampak yang positif. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana konsep harta dalam al-Qur’an yang dibingkai dengan ayat 29 : Al- Isra serta hadits nabi Muhammad SAW. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pemilik harta yang sebenarnya adalah Allah SWT, manusia memiliki harta, namun sifatnya sekedar titipan, bukan pemilik sebenarnya yang mana harta tidak akan menjadi kebanggan di akhirat kelak, kecuali dengan beberapa hal yang dapat menjadikan harta tersebut menadi suatu kebanggaan di akhirat nanti, sebagai perhiasan badan, ujian keimanan dan sebagai bekal ibadah. Al-Qur’an dan Ḥadts memberikan tuntunan bagaimana cara memperoleh harta yaitu melalui akad transaksi, warisan, syuf’ah, dan hak pemberian kepada seseorang yang diatur dalam agama. Adapun cara mengelola dan membelanjakan harta adalah dengan menentukan prioritas kebutuhan, berdasarkan prinsip halalan ṭayiban, menghindari boros dan mubazir, prinsip kesederhanaan, untuk alokasi sosial, serta untuk alokasi masa depan.